MELESTARIKAN BUDAYA LOKAL UNTUK MEMBANGUN DESA YANG MAJU - ESSAY

 

“Melestarikan Budaya Lokal untuk Membangun Desa yang Maju”

Sekarang ini sudah memasuki era revolusi industri 4.0 yang mana kita dituntut untuk melakukan sesuatu, berkomunikasi, hingga belajar atau bekerja dengan memanfaatkan teknologi internet. Masa-masa ini memiliki banyak keunggulan dibidangnya, tidak hanya keunggulan saja yang ada tetapi juga kelemahan, dengan adanya penyimpangan norma, kemerosotan karakter bangsa, serta kurangnya ketertarikan dalam budaya sendiri, terutama pada anak usia remaja yang dapat menyebabkan menurunnya rasa nasionalisme. Banyak anak remaja yang sudah tidak aware lagi dengan kondisi lingkungan sekitar terfokus dalam hal melestarikan kebudayaan daerahnya sendiri. Perubahan dalam kebiasaan baru masyarakat menjadikan budaya lokal semakin ditinggalkan, banyak juga anak muda yang memiliki pemikiran bahwa kebudayaan lokal itu kolot atau kuno.

Kita tahu bahwa di Indonesia merupakan negara multikultural yang memiliki berbagai macam budaya, norma, sistem nilai sosial, serta politik yang berbeda-beda, dengan ini tidak memberatkan kita dalam menjalani kehidupan yang di kelillingi dengan perbedaan pendapat dan konflik-konflik lainnya. Sebagai generasi milenial memiliki hak dan kewajiban dalam melestarikan budaya khususnya budaya lokal di desa tempat tinggal kita. Ada banyak cara dalam upaya melestarikan kebudayaan setempat, kita bisa mengkolaborasikan antara budaya lokal dengan perkembangan globalisasi, hal ini dapat menciptakan alkulturasi antara budaya lokal atau tradisional dengan kebudayaan yang modern tanpa menghilangkan karakteristik budaya aslinya.

Kebudayaan merupakan ciptaan manusia yang sudah dikelola dan dilatih dengan belajar dari hasil karyanya itu sendiri untuk merubah alam atau lingkungan sekitar kita. Budaya di Indonesia tidak dapat dihitung lagi, karena begitu banyak kebudayaan dari setiap suku yang ada di Indonesia. Setiap warga Indonesia berhak menjunjung tinggi kebudayaannya terutama dalam budaya lokal. Budaya lokal di sekitar lingkungan kita tak kalah menarik dengan budaya dari luar negeri, namun banyak anak muda zaman sekarang yang tidak mengetahui budaya lokalnya sendiri mereka hanya membanggakan budaya luar negeri yang dianggapnya lebih menarik dan modern. Tak salah lagi jika kebudayaan di Indonesia lebih dikenal mancanegara sampai-sampai ada negara lain yang mengakui budaya Indonesia itu miliknya, kita sebagai generasi muda sudah selayaknya ikut melestarikan budaya yang ada di Indonesia bisa dimulai dengan hal yang paling kecil yaitu mengenal budaya lokal daerah tempat kita tinggal.

Contoh dalam pelestarian budaya lokal ini bisa kita lihat di daerah kampung Balirejo, tepatnya di kelurahan Muja-muju, kecamatan Umbulharjo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Di desa ini, pada tahun 2019 diadakan pelestarian budaya yang disebut “Larung Kali” kegiatan ini baru dilakukan pada tanggal 27 Oktober 2019 di sungai Gajah Wong. Menurut KBBI arti kata “Larung” merupakan membiarkan hanyut; menghanyutkan, sedangkan “Kali” diambil dari Bahasa Jawa yang berarti sungai. Sehingga Larung Kali merupakan kegiatan untuk melestarikan budaya dalam memanfaatkan potensi desa, dengan tradisi menghanyutkan hasil bumi, salah satu tujuannya untuk keselamatan desa dari mara bahaya agar aman, tentram, dan sejahtera. Kegiatan ini juga untuk memperingati hari Sumpah Pemuda yang diperingati pada satu hari setelah acara tersebut, serta sebagai pengingat kepada Tuhan yang telah memberikan alam yang indah berupa sungai dengan berbagai potensi yang bisa dimanfaatkan, biasanya warga desa memanfaatkan sungai ini untuk memancing ikan, mencari pasir, bermain air, hingga mencuci, kegiatan ini diharapkan agar warga sekitar terutama pemuda/i lebih menghormati alam dan menjaganya agar tetap lestari, harapan lainnya untuk menjaga solidaritas antar warga yang sekarang ini lebih mengunggulkan sifat individualisme.

Dalam kegiatan Larung Kali ini setiap warga Balirejo ikut andil, mereka menggunakan kebaya/surjan lalu berjalan menuju sungai Gajah Wong dan dilakukan doa bersama untuk keselamatan desa dan warga setempat. Ada juga gunungan yang di bawa oleh pemuda yang diarak sampai sungai Gajah Wong, gunungan ini berisi sayuran, buah-buahan, serta bahan sembako dari hasil bumi warga sekitar. Setelah melalui rangkaian acara dan doa bersama isi gunungan direbutkan oleh warga, konon katanya yang mendapatkan isi dari gunungan tersebut akan mendapatkan keberkahan. Bagian terakhir terdapat tujuh gunungan kecil atau tumpeng yang berisi nasi lalu dilarung/dihanyutkan sepanjang sungai Gajah Wong.

Kegiatan seperti itu perlu dilestarikan kepada anak cucu kita agar mereka tahu bahwa kebudayaan di Indonesia sangat beragam dan bisa menghilangkan persepsi orang yang menganggap bahwa kebudayaan lokal itu jadul atau kolot. Mulai dari hal-hal kecil di sekitar kita untuk mencoba melestarikan kebudayaan Indonesia, seperti mengikuti acara yang ada di desa setempat dan juga memanfaatkan potensi desa untuk dikembangkan agar lingkungan tetap lestari dan semakin modern.


Penulis : Silvia Adisty 



 


Posting Komentar

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama